Kalau berbicara tentang sejarah not musik, itu panjang banget. Penemuan dan pengembangan sistem dan not musik itu telah berlangsung berabad-abad lamanya. Awalnya, not musik itu ditemukan oleh seorang filsafat, lalu biarawan Abad Pertengahan, lalu dilengkapi oleh banyak musisi brilian untuk menyempurnakan teori ini - sampai jadi seperti sekarang. Ya kan, seperti yang aku sudah bilang, kemajuan bertahap dalam musik itu memang penting!
Jadi, musik itu telah menjadi bagian yang amat penting dalam budidaya manusia. Musik juga kemungkinan besar adalah tanda ledakan budaya manusia di Eropa 30,000 sampai 60,000 tahun lalu. Beberapa arkeolog malah menemukan dua seruling sederhana yang terbuat dari gading mamut dan tulang burung di Jerman, yang kemungkinan berasal dari 40,000 tahun lalu. Kemudian, mereka bisa berasumsi dari situ bahwa teori musik telah diturunkan lintas generasi secara lisan.
Mereka menyalin dan berbagi musik dan idenya, tanpa teknik rekaman atau penulisan apapun.
Tapi, cara lisan sampai situ saja. Ketika kekaisaran Yunani Kuno berkuasa, teori dan aplikasi musik langsung berintegrasi dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Ingat kan teorema c2 = a2 + b2 mendasar yang memulai algoritma? Kita tahu Pythagoras lah penemunya, tapi kita gak begitu tahu bahwa Pythagoras juga pelopor musik terawal. Di tahun 600 Sebelum Masehi Yunani Kuno! Waktu itu, Pythagoras lagi jalan melewati bengkel besi, dan ia langsung tertarik dengan suara palu besi yang berirama itu. Buatnya, suara tersebut benar-benar terdengar seperti melodi yang merdu. Jadi, beliau pulang ke rumah, dan sebagai ahli matematika, ia tertarik dengan teori mendasar musik, dan mulai mengamati hubungan numerik antara matematika dan interval musik. Ia juga mulai menghitung dan mengungkap proporsi matematis, yang merupakan peraturan awal skala musik. Ia menemukan dua nada yang membangun sebuah interval selalu berrasio 2 banding 1. Rasio kelima yang sempurna selalu 3 banding 2, dan keempat yang sempurna selalu 4 banding 3.
Pythagoras menggabungkan interval-interval ini dan kemudian menciptakan nada-nada lain untuk membentuk tangga nada mayor. Dan, dengan perhitungan matematisnya, lahirlah teori musik! Lalu, semakin mudah baginya untuk mulai mengukur nada dan interval musik, misalnya, ia tahu bahwa nada dari senar bergetar berhubungan langsung dengan panjang senar tersebut. Ini juga adalah dasar lahirnya alat musik senar; kecapi.
Sebenarnya, orang Yunani Kuno mulai menulis interval musik lewat ukiran batu nisan yang berasal dari tahun 100 Masehi. Batu tersebut, yang dikenal sebagai Seikilos Epitaph berisi sebuah lagu yang telah dinotasikan, lengkap dengan lirik dan musik. Batu berukir itu juga mencatat skala musik buatan Pythagoras, diikuti dengan huruf-huruf dari alfabet Yunani. Catatan ditulis sebagai huruf dengan simbol khusus di atasnya, dan lirik lagu disejajarkan tepat di bawah not. Setelah itu, orang Yunani Kuno juga menemukan tetrachord - empat nada dalam satu skala musik.
Yuk, maju cepat ke tahun 500 Masehi! Kekuatan kekaisaran Yunani menurun, digantikan oleh Roma yang berada di puncak kekuatan atas pengaruhnya di seluruh Eropa. Seorang filsuf Romawi bernama Boethius mempelajari secara mendalam ilmu Yunani Kuno tentang seni klasik, matematika, dan astronomi. Beliau kemudian menulis sebuah buku dalam bahasa Latin, mencatat huruf dari A sampai O; A adalah nada terendah yang dapat dinyanyikan oleh suara pria, dan O adalah nada tertinggi. Buku tersebut masih banyak digunakan di banyak universitas-universitas Eropa hingga saat ini.
Seabad kemudian, di tahun 600 Masehi, gereja telah menjadi pusat aktivitas dan perkembangan musik. Para biarawan menyanyikan lagu-lagu Plainchant, atau melodi religi, di mana mereka berlatih secaraintensif selama bertahun-tahun untuk menghafal semua nyanyian itu sepenuhnya. Ketika jumlah lagu mulai berkembang, sebuah sistem untuk menggolongkan lagu dibutuhkan. Lalu, mereka membangun sebuah sistem yang disebut neumes; sebuah sistem dalam bentuk bintik-bintik, dan tanda yang ditulis di atas kata-kata untuk setiap lagu. Ikon-ikon mungil ini melambangkan melodi lagu, yang menunjukkan seberapa tinggi atau rendah setiap nada harus dinyanyikan, dengan relevansi nada berikutnya. Waktu itu, memang belum sempurna, tapi itu adalah dasar yang memulai seluruh skala musik. Sistem ini langsung populer juga waktu itu, dengan setiap gereja dan biara di Eropa langsung pakai dan membuat berbagai perbaikan.
Menurutmu, apa yang bakal terjadi dengan neumes? Nantikan artikel minggu depan untuk cari tahu lebih lanjut!
Comments